Kamis, 25 Mei 2017

tempat wisata watu ireng yogyakarta

Senja masih tidak muncul ketika YogYes berjalan jalan basah di daerah Patuk, Gunungkidul. Jalan aspal basah dari hujan malam terakhir membuat udara terasa dingin, jadi kita tetap menggigil sepanjang jalan. Suasana itu sedikit tegang ketika jalan beraspal yang kita kemudian berubah menjadi jalan berbatu nan licin, membuat kita sulit untuk mengontrol tingkat motor yang kita berkendara. Beberapa menit kemudian kami tiba di Gunung Ireng, tujuan kami untuk hunting sunrise di Gunungkidul.
Gunung Ireng terletak di Pengkok, Patuk, Gunungkidul. Meskipun bernama "Gunung", tempat ini adalah sebenarnya hanya sebuah bukit kecil yang berbatu dengan puncaknya telanjang. Puncak ini adalah titik tertinggi di desa Srumbung dan dikenal sebagai salah satu tempat terbaik untuk berburu sunrise di Yogyakarta. Ini adalah apa yang membuat YogYes tertarik untuk mengunjungi tujuan wisata ini.
Setelah parkir sepeda motor dan berjalan beberapa puluh meter melalui hutan hutan lebat, kami akhirnya mencapai puncak. Mata kita langsung disambut dengan garis perbukitan kapur yang membentang cakrawala, dihiasi dengan patch lahan hijau dan kabut tipis dari kapas di sekelilingnya. Matahari terlihat shyly mengintip dari balik kabut, menambahkan kesan yang dramatis pada pemandangan di puncak bukit yang terus-menerus diterpa angin dingin. Suasana ini membuat kami merasa seperti kami berada di puncak gunung, tetapi ini letaknya hanya pada sebuah bukit kecil yang tidak terlalu tinggi.
Sambil menikmati pemandangan fajar segar, kami memutuskan untuk duduk di gazebo di bagian atas bukit. Perlahan-lahan, matahari bergerak lebih tinggi dan mulai untuk menerangi daerah di sekitar kita. Saya juga menyadari bahwa batuan di puncak bukit ini gelap, dengan pohon-pohon kecil yang tumbuh di atasnya. Mungkin itu adalah warna hitam ini yang membuat lokasi ini dikenal sebagai Gunung Ireng, yang dalam bahasa Jawa berarti "Gunung hitam".
Seperti tujuan wisata lainnya di Jogja, masyarakat di sekitar Gunung Ireng memiliki mitos-mitos mereka sendiri tentang proses membentuk bukit ini. Dikatakan bahwa bukit ini dibentuk oleh Raden Bratasena alias Bima, salah satu prajurit Pandawa terkenal kuat dan mudah marah. Berdasarkan legenda, Raden Bratasena marah untuk melihat suatu kumpulan besar menyenangkan monyet bermain di Gunung Merapi. Raden Bratasena juga dimaksudkan untuk menendang monyet nakal, tapi tendangan nya justru tidak terjawab dan memukul batu-batu besar di puncak Gunung Merapi. Batu-batu ini juga terbang jauh ke daerah Gunungkidul, dan akhirnya menumpuk ke atas gunung sebagai Ireng yang kita kenal sekarang.
Dari sisi sendiri geologi, Gunung Ireng adalah bagian dari gunung api purba di masa Miosen, sekitar 5-23 juta tahun yang lalu. Ini gunung berapi meletus dan kehilangan bentuknya, tapi sisa-sisa Gunung masih bisa disaksikan sampai hari ini. Sisa-sisa ini gunung berapi yang membentuk beberapa gunung berapi batu formasi di daerah Patuk, termasuk Nglanggeran bukit di utara Gunung Ireng.
Apa pun cerita, Gunung Ireng tetap lokasi favorit untuk pelancong untuk menikmati fajar terindah di Yogyakarta. Beberapa pelancong juga sering mendirikan tenda di dekat daerah puncak untuk menikmati pemandangan yang lebih lama dan atmosfer yang sejuk di wilayah itu. Namun, kita perlu ingat untuk tidak merusak keindahan ini tujuan wisata dengan tidak membuang sampah sembarangan atau melakukan vandalisme, seperti yang dijelaskan dalam peraturan plang sebelum kita mendaki ke puncak.
Matahari semakin tinggi, tetapi pemandangan dari puncak bukit terlihat lebih indah. Kami juga merasa sulit untuk meninggalkan tempat kejadian, tetapi waktu terus-menerus memaksa kita untuk mendapatkan dari atas bukit. Sementara mengendarai sepeda motor, kami mengintip ke dalam spion yang mencerminkan bayangan Gunung Ireng dari jarak, terlihat tinggi antara kawasan hutan dan Pemukiman sekitarnya. Sampai bertemu lagi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar